Repost dari (situs9.blogspot.id)
A. Labuan Lombok Pusat Perdagangan
Sejak abad
ke 13 Masehi Labuan Lombok banyak dikunjungi para pedagang yang berasal
dari Palembang, Banten, Gresik dan Sulawesi. Dengan demikian agama Islam
mulai merasuki Lombok. Mula-mula kedatangan mereka untuk berdagang,
kemudian banyak diantara mereka yang bertempat tinggal menetap bahkan
mendirikan perkampungan-perkampungan. Sampai sekarang pun masih dapat
kita lihat bekas-bekasnya seperti perkampungan Bugis di Labuan Lombok.
Para pendatang dengan suku Sasak mengadakan hubungan. Dalam hubungan itu
timbul rasa saling hormat menghormati dan harga menghargai. Dengan
sadar atau tidak sadar terjadilah ambil mengambil dan pengaruh
mempengaruhi dalam berbagai bidang seperti budaya dan agama. Yang
dianggap baik dan cocok diterima sedangkan yang tidak cocok
ditinggalkan.
Labuan
Lombok sebagai pelabuan dagang disinggahi para pelaut dan saudagar
muslim dari Jawa dan mulailah timbul bandar-bandar tempat para pedagang
sehingga semakin ramai. Selanjutnya melalui saluran perdagangan tersebut
terbawa pula kitab-kitab kesusateraan yang bernafaskan agama Islam
seperti Roman Yusuf, Serat menak. Selain itu juga, Al Qur’an terbawa
oleh para pedagang untuk mengaji di tempatnya masing-masing.
Ketika
berkembang pesatnya perdagangan rempah-rempah, di Bali dan Lombok sudah
berkembang perdagangan sarung yang diangkut oleh kapal-kapal dari
Gresik.. Menurut Wisselius kemungkinan besar bahwa sejak abad ke-14,
pedagang-pedagang muslim telah melakukan pelayaran dan perdagangan di
sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa, Selat Madura Pesisir Timur pulau
Lombok, pulau-pulau Sunda Kecil sampai ke Maluku. Dengan demikian
penyebaran agama Islam di pulau Lombok melalui perdagangan, perkawinan,
dan juga melalui seni sastra, ukir, pewayangan dan lain-lain.
B. Berkembangnya Agama Islam
Agama
Islam masuk di Bumi Selaparang tidak lama setelah runtuhnya kerajaan
Majapahit karena pada waktu itu sudah ada pedagang-pedagang muslim yang
bermukim dan berniaga di Lombok kemudian mereka menyebarkan agamanya.
Bukti yang paling eksplisit menjelaskan kedatangan Islam di Lombok
adalah Babat Lombok yang menjelaskan bahwa ”Sunan Ratu Giri
memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam
ke Indonesia Bagian Utara yaitu
- Lemboe Mangkurat dengan pasukannya dikirim ke Banjar
- Datu Bandan dikirim ke Makasar, Tidore, Seram, Selayar
- Anak Laki-Laki Raja Pangeran Perapen berlayar ke Bali, Lombok, dan Sumbawa
Menurut
Faille, setelah turun dari kapal, pasukan pangeran Prapen mendarat, Raja
Lombok dengan sukarela memeluk Agama Islam tetapi rakyatnya tetap
menolak sehingga terjadi peperangan yang dimenangkan oleh pihak Islam.
Pendapat lain menyebutkan bahwa Raja Lombok awal mulanya menolak
kedatangan Islam, namun setelah Pangeran Prapen menjelaskan maksudnya
yaitu untuk menyampaikan misi suci dengan cara damai maka beliaupun
diterima dengan baik, tetapi karena hasutan rakyatnya kemudian Raja
Lombok ingkar janji dan mempersiapkan pasukan sehingga terjadilah
peperangan. Dalam peperangan itu, Raja Lombok terdesak dan melarikan
diri tetapi malang bagi raja yang dikejar oleh Jayalengkara lalu beliau
dibawa menghadap ke Pangeran Perapen. Beliau kemudian diampuni dan
mengucapkan dua kalimah syahadat serta dikhitan. Masjidpun segera
dibangun sedangkan Pura, Meru, Babi, dan Sanggah dimusnahkan. Seluruh
rakyat diislamkan dan dikhitan kecuali kaum wanita penghitanannya
ditunda atas permintaan Syahbandar Lombok.
Setelah
berhasil mengislamkan Raja Lombok, Sunan Perapen dengan pasukannya
mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa,
Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak (Lombok Utara). Hal ini memiliki
bukti-bukti adanya tinggalan arkeologi seperti mesjid-mesjid tua,
makam-makam kuno dan sebagainya. Dalam mengislamkan kedatuan-kedatuan
lainnya, sebagiannya masuk Islam dengan sukarela sebagian lagi masuk
Islam dengan cara kekerasan seperti di Parigi dan Sarwadadi. Setelah itu
beberapa tahun kemudian seluruh Lombok memeluk agama Islam, kecuali
Pajarakan dan Pengantap.
C. Sunan Prapen Kembali ke Lombok
Sesuai
dengan misi yang diemban dari Ratu Sunan Giri, maka setelah mengislamkan
kerajaan-kerajaan lainnya di pulau Lombok, maka Sunan Prapen
melanjutkan penyebaran Islam ke Sumbawa, Dompu dan Bima. Sepeninggal
Sunan Perapen, keadaan agama Islam di Lombok sangat menyedihkan karena
kaum wanitanya menolak memeluk agama yang baru itu. Hal ini sangatlah
beralasan karena masih kuatnya pengaruh agama sebelumnya dan juga adanya
pengaruh dari Karang Asem di Bali sebagai kerajaan yang kuat dan
tangguh.
Timbulnya
permasalahan ini kemudian Sunan Prapen kembali lagi dan mendarat di
Lombok melalui Sugian untuk menyerang penduduk yang masih kafir. Menurut Van der Kraan, dalam penyerangan ini penduduk Lombok terpecah menjadi 3 (tiga) bagian yaitu ;
- Kelompok yang melarikan diri dan mengungsi ke gunung-gunung masuk hutan dikenal dengan Orang Boda,
- Kelompok yang takluk dan masuk Islam dikenal sebagai Waktu Lima,
- Kelompok yang hanya takluk di bawah kekuasaan Sunan Perapen dikenal sebagai Penganut Wetu Telu.
Rencana
Sunan Perapen untuk mengislamkan Pulau Bali terpaksa ditunda karena
mendapat perlawanan dari Dewa Agung Gelgel yaitu Dewa Agung Batu
Renggong yang pada pertengahan abad ke-16 berusaha membendung penyebaran
Agama Islam yang dilakukan oleh orang-orang Jawa dari arah barat maupun
orang-orang Makasar dari arah Timur. Oleh sebab itu, pengaruh Kerajaan
Gelgel di bagian barat Pulau Lombok yang besar sehingga Sunan Prapen
mendarat di pantai timur (Labuan Lombok).
D. Penyebaran Islam di Bayan
Sekitar abad
ke-16, penyebaran agama Islam juga masuk melalui pantai utara Bayan dan
dari arah barat sekitar Tanjung. Pembawanya adalah seorang syekh dari
Arab Saudi bernama Nurul Rasyid dengan gelar sufinya Gaoz Abdul Razak.
Makamnya terletak di Kuranji di sebuah desa pantai barat daya Lombok.
Gaoz Abdul Razak mendarat di Lombok bagian utara yang disebut dengan
Bayan. Ia pun menetap dan berdakwah di sana mengawini Denda Bulan yang
melahirkan seorang anak bernama Zulkarnaen. Keturunan inilah yang
menjadi cikal bakal raja-raja Selaparang. Kemudian Gaoz Abdul Razak
mengawini lagi Denda Islamiyah yang melahirkan Denda Qomariah yang
populer dengan sebutan Dewi Anjani.
Berita lain
menyebutkan, Sunan pengging, pengikut Sunan Kalijaga datang ke Lombok
pada tahun 1640 untuk menyiarkanagama Islam (sufi). Ia kawin dengan
putri dari kerajaan Parwa sehinggga meninmbulkan kekecewaan raja Goa.
Selanjutnya, raja Goa menduduki Lombok pada tahun 1640. Sunan Pengging
terkenal dengan nama Pangeran Mangkubumi lari ke Bayan. Salah satu bukti
yang dapat dijadikan sebagai kajian tentang awal penyebaran agama Islam
adalah Mesjid Kuno Bayan Beleq.
E. Penyebaran Islam di Pujut
Tokoh
legendaris penyebar Agama Islam adalah Wali Nyatok. Dalam tradisi lisan
Wali Nyatok dikenal sebagai penyebar Agama Islam di Lombok Bagian
Selatan dan sekitarnya. Nama lain Wali Nyatok adalah Sayid Ali atau
Sayid Abdurrahman. Sayang sekali pada batu nisannya tidak ada
inskripsi yang menyebut nama tokoh meskipun dari segi tipologi tergolong
tua. Mesjid di Rembitan sering dikaitkan dengan tokoh Wali Nyatok.
Salah satu bukti yang paling konkrit adalah Masjid kuno Rembitan.
Bangunan ini merupakan prototipe mesjid-mesjid tua. Secara kronologis
diperkirakan sekitar abad ke 16.
Salah satu
penyebar Islam di Lombok Selatan adalah Pangeran sangupati. Pangeran
Sangupati adalah putra Selaparang yang dianggap Waliyullah, ia mengarang
kitab Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tasawuf dan Fiqh.
Pendapat lain menyebutkan bahwa Pangeran Sangupati berasal dari Jawa
yang sengaja berkelana untuk menyebarkan Agama Islam dan memiliki nama
asli di Jawa yaitu Aji Datu Semu, sedangkan, di Sumbawa dikenal dengan
nama Tuan Semeru.
Pendapat
lain menyebutkan Pangeran Sangupati adalah tokoh agama Hindu yang
menyebarkan agama Hindu di kalangan ummat Islam karena Islam yang dianut
oleh para penduduk masih sangat lemah, maka beliau menyebarkan agama
Islam Waktu Telu (Wetu Telu) suatu bentuk peralihan dari agama Boda tua
ke agama Waktu Lima dan dia dikenal dengan nama Pedanda Wau Rauh.
Selain tokoh-tokoh tersebut ada juga yang disebut-sebut sebagai penyebar Agama Islam di Lombok.
PENYEBARAN ISLAM DI ABAD 16 DI PULAU LOMBOK
sekitar abad ke-16. Inilah saat di mana Islam diyakini untuk kali
pertama masuk lalu menyebar ke seluruh pulau ini hingga ke Pulau
Sumbawa.
Ada beberapa versi yang menyebutkan bermulanya penyebaran Islam di Lombok, salah satunya adalah melalui Bayan, sebelah utara pulau ini. Selain di Bayan, penyebaran agama Islam juga diyakini berawal dari Pujut dan Rembitan di Lombok Tengah. Masjid kuno yang terdapat di tempat-tempat tersebut menjadi salah satu bukti tentang penyebaran Islam dari wilayah itu.
Menurut beberapa catatan, penyebaran agama Islam melalui Bayan dila kukan oleh Sunan Prapen, keturunan dari salah seorang Wali Songo— penyebar agama Islam di Ja wa—yakni Sunan Giri. Namun, tak diketahui persis mengapa Bayan menjadi tujuan pertama Sunan Prapen.
Satu yang mungkin bisa direka-reka yakni Sunan Prapen melakukan pelayaran dalam upaya penyebaran Islam ke wilayah timur nusantara dari Gresik lewat pantai utara Jawa. Dia tidak berlabuh ke Pulau Bali, tapi langsung ke Bayan. Dari letak geografisnya, Bayan berada di tepi pantai utara Lombok sehingga sangat mungkin Sunan Prapen melempar sauh di sini. Belakangan, Sunan Prapen diperkirakan barulah ke Pulau Bali (meski misinya gagal) setelah dari Sumbawa dan Bima.
“Di setiap pantai, penyebaran itu memang ada. Penyebaran dilakukan oleh pedagang-pedagang dari Arab dan Jawa. Kebanyakan datangnya dari Jawa,” kata budayawan setempat, Ahmad JD, kepada Republika, tentang asal muasal penyebaran Islam di Lombok melalui pantai utara. “Yang monumental adalah peninggalan kebudayaan tulis dari Jawa. Ini menunjukkan adanya jejak wali dari Jawa, yakni Sunan Prapen,” lanjutnya.
Anggun Zamzani (2009) dalam penelitiannya mengenai “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Lombok Abad XVI-XVIII” menemukan bahwa agama Islam masuk ke Pulau Lombok pada abad XVI melalui misi yang dipimpin oleh Sunan Prapen, putra Sunan Giri. Mengenai bukti-bukti berkembangnya Islam di Lombok dapat dilihat dari adanya peninggalan masjid kuno yang ada di Bayan, Lombok Utara, yang disebut dengan Masjid Bayan Beleq dan masjid kuno yang ada di Pujut dan Rembitan Lombok Tengah. Selain itu, juga terdapat makam raja-raja Selaparang yang ada di Lombok Timur.
Selain bukti arkeologi, Anggun juga menemukan bukti lain, yakni dalam bidang seni sastra, baik itu seni tabuh, seni suara, maupun seni tulisan. Dalam penelitian ini juga me nun jukkan bahwa agama Islam da pat ber kembang di Lombok, selain karena peranan para penyebar agama Islam seperti Sunan Prapen, juga adanya peranan dari rajaraja yang ada di Lom bok sendiri. Pada perkembang an selanjutnya, agama Islam berkembang di Lombok lebih diprakarsai oleh adanya Tuan Guru.
Dua versi
Dari literatur yang tersedia, penyebaran agama Islam di Lombok disebutkan juga datang dari Gowa (Sulawesi Selatan) dan Bima. “Memang ada dua versi mengenai masuknya penyebaran agama Islam di Pulau Lombok. Versi pertama mengatakan datang dari Jawa, sementara versi satunya lagi yakni dari Sulawesi atau Makassar,” kata Dr Akhyar Fadli, dosen dan peneliti sejarah Islam di Lombok dari Institut Agama Islam Qomarul Huda, Praya, Lombok Tengah. “Juga banyak versi tentang masuknya abad ke berapa,” tambahnya.
Menurut Akhyar, penyebaran yang datang dari Jawa dibawa oleh Sunan Pengging (nama lain Sunan Prapen) sekitar abad ke-14. Pada saat itu, Sunan Prapen bersama para pengikutnya berlabuh di Labuhan Carik, dekat Bayan, Lombok Utara. “Menurut sejarah yang saya temukan, Sunan Pengging memang pertama kali menginjakkan kakinya di Bayan untuk menyebarluaskan ajaran Islam,” jelasnya.
Jejak yang seakan membenarkan mula penyebaran Islam di Lombok melalui Bayan adalah terbentuknya komunitas/masyarakat adat Islam wetu telu di sana. Ini adalah komunitas Islam tua yang sampai sekarang masih ada di Lombok dengan pusatnya di Bayan. Mereka menjalani ajaran Islam dengan tidak meninggalkan ritual adat leluhurnya.
Selain terbentuknya komunitas wetu telu, menurut Akhyar, masjid kuno yang sampai sekarang masih berdiri di Bayan adalah bukti lain mengenai penyebaran Islam oleh Sunan Prapen melalui Bayan. Setelah menemukan lokasi yang tepat, Sunan Prapen mendirikan masjid di sana sebagai pusat syiarnya dalam mengislamkan penduduk setempat sebelum menyebar ke seluruh Lombok.
Dari Bayanlah kemudian penyebaran itu menuju ke sebelah barat, tengah, serta timur. Jejaknya adalah terdapatnya komunitas wetu telu di wilayah-wilayah tersebut. Di Lombok Barat, mereka ada di Narmada dan Sekotong. Di Lombok Tengah, komunitas ini ada di Pegadang, Pujut, dan Rambitan. Sedangkan, di Lombok Timur tidak begitu banyak.
Tidak banyaknya komunitas wetu telu di Lombok Timur terjawab dengan versi penyebaran Islam melalui Sulawesi. Penyebaran ini dibawa oleh para pedagang dan nelayan Sulawesi Selatan melalui Labuhan Kayangan, Lombok Timur pada abad ke-14. Jejaknya adalah banyaknya komunitas nenek moyangnya berasal dari Makassar di sepanjang pantai di Lombok Timur. “Mereka lebih dikenal dengan sebutan Islam Suni. Ada juga yang menyebutnya wetu lima,” kata Akhyar, yang menulis buku Islam Lokal: Akulturasi Islam di Bumi Sasak pada 2008.
Diperkirakan pengaruh Sunan Prapen di Lombok Timur tidak besar karena sudah ada penyebar agama Islam dari para pedagang dan nelayan Makassar tersebut. Diduga, Sunan Pra penatau pengikutnya meninggal kan la dang dakwah yang sudah dimasuki oleh para pedagang dan nelayan itu. Dalam sejumlah catatan, Sunan Pra penmemang disebutkan tidak begitu lama menetap di Lombok, dia kemudian menyerahkan tugas penyebar an Islam di pulau ini kepada dua orang kepercayaannya, Raden Sumu liya dan Raden Salut. Setelah itu, Sunan Pra pen menuju Pulau Sum bawa dan Bima.
Namun, Akhyar punya analisis tersendiri. Ada yang bilang dia ke Sumbawa, ada juga yang bilang dia kembali ke Jawa. Setelah saya lacak yang di Pulau Sumbawa ini banyak jejak kerajaan dari Makassar. Menurut saya, Sunan Prapen langsung kembali ke Jawa, tidak berlayar ke Sumbawa, ujarnya.
Setelah lima abad, Lombok dan Sum bawa yang kemudian menjadi Nusa Tenggara Barat mayoritas pendu duk nya adalah Islam. Dari sekitar 4,4 juta jiwa penduduknya, sekarang ini 80 persen adalah pemeluk Islam. Sisanya adalah Hindu, Budha, dan Kristen. Tentu saja Sunan Prapen, para muridnya, serta para pedagang Arab dan Makassar perannya dalam penyebaran Islam di kedua pulau ini tak bisa diabaikan.
Penyebaran Melalui Dakwah
Sebelum Islam masuk ke Lombok (juga Sumbawa), masyarakatnya adalah penganut kepercayaan pada animisme, dinamisme, dan Hindu. Masuknya agama Hindu di Lombok diyakini merupakan jejak dari kehadiran imperium Majapahit di pulau ini pada pertengahan abad ke-14.
Mengenai masuknya Islam di Lombok, beberapa catatan yang mengutip Babad Lombok menyebutkan, proses penyebaran agama Islam ini adalah usaha keras dari Raden Paku atau Sunan Giri dari Gresik yang memerintahkan raja-raja di Jawa Timur untuk menyebarkan Islam ke seluruh nusantara.
Sampailah kemudian Sunan Prapen di Lombok dalam misi penyebaran agama Islam. Ia dibantu oleh Raden Sumuliya dan Raden Salut. Dengan kekuatan senjata disebutkan, Sunan Prapen mampu menaklukkan beberapa kerajaan yang merupakan warisan Majapahit, lalu mengislamkan masyarakatnya.
Namun, menurut Dr Akhyar Fadli, dosen dan peneliti sejarah Islam di Lombok dari Institut Agama Islam Qomarul Huda, Praya, Lombok Tengah, penyebaran Islam oleh Sunan Prapen melalui dakwah bukan penaklukkan dengan kekuatan senjata. gYa seperti yang dilakukan oleh Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Itu yang saya ketahui dari kajian-kajian saya selama ini, katanya.
Ada beberapa versi yang menyebutkan bermulanya penyebaran Islam di Lombok, salah satunya adalah melalui Bayan, sebelah utara pulau ini. Selain di Bayan, penyebaran agama Islam juga diyakini berawal dari Pujut dan Rembitan di Lombok Tengah. Masjid kuno yang terdapat di tempat-tempat tersebut menjadi salah satu bukti tentang penyebaran Islam dari wilayah itu.
Menurut beberapa catatan, penyebaran agama Islam melalui Bayan dila kukan oleh Sunan Prapen, keturunan dari salah seorang Wali Songo— penyebar agama Islam di Ja wa—yakni Sunan Giri. Namun, tak diketahui persis mengapa Bayan menjadi tujuan pertama Sunan Prapen.
Satu yang mungkin bisa direka-reka yakni Sunan Prapen melakukan pelayaran dalam upaya penyebaran Islam ke wilayah timur nusantara dari Gresik lewat pantai utara Jawa. Dia tidak berlabuh ke Pulau Bali, tapi langsung ke Bayan. Dari letak geografisnya, Bayan berada di tepi pantai utara Lombok sehingga sangat mungkin Sunan Prapen melempar sauh di sini. Belakangan, Sunan Prapen diperkirakan barulah ke Pulau Bali (meski misinya gagal) setelah dari Sumbawa dan Bima.
“Di setiap pantai, penyebaran itu memang ada. Penyebaran dilakukan oleh pedagang-pedagang dari Arab dan Jawa. Kebanyakan datangnya dari Jawa,” kata budayawan setempat, Ahmad JD, kepada Republika, tentang asal muasal penyebaran Islam di Lombok melalui pantai utara. “Yang monumental adalah peninggalan kebudayaan tulis dari Jawa. Ini menunjukkan adanya jejak wali dari Jawa, yakni Sunan Prapen,” lanjutnya.
Anggun Zamzani (2009) dalam penelitiannya mengenai “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Lombok Abad XVI-XVIII” menemukan bahwa agama Islam masuk ke Pulau Lombok pada abad XVI melalui misi yang dipimpin oleh Sunan Prapen, putra Sunan Giri. Mengenai bukti-bukti berkembangnya Islam di Lombok dapat dilihat dari adanya peninggalan masjid kuno yang ada di Bayan, Lombok Utara, yang disebut dengan Masjid Bayan Beleq dan masjid kuno yang ada di Pujut dan Rembitan Lombok Tengah. Selain itu, juga terdapat makam raja-raja Selaparang yang ada di Lombok Timur.
Selain bukti arkeologi, Anggun juga menemukan bukti lain, yakni dalam bidang seni sastra, baik itu seni tabuh, seni suara, maupun seni tulisan. Dalam penelitian ini juga me nun jukkan bahwa agama Islam da pat ber kembang di Lombok, selain karena peranan para penyebar agama Islam seperti Sunan Prapen, juga adanya peranan dari rajaraja yang ada di Lom bok sendiri. Pada perkembang an selanjutnya, agama Islam berkembang di Lombok lebih diprakarsai oleh adanya Tuan Guru.
Dua versi
Dari literatur yang tersedia, penyebaran agama Islam di Lombok disebutkan juga datang dari Gowa (Sulawesi Selatan) dan Bima. “Memang ada dua versi mengenai masuknya penyebaran agama Islam di Pulau Lombok. Versi pertama mengatakan datang dari Jawa, sementara versi satunya lagi yakni dari Sulawesi atau Makassar,” kata Dr Akhyar Fadli, dosen dan peneliti sejarah Islam di Lombok dari Institut Agama Islam Qomarul Huda, Praya, Lombok Tengah. “Juga banyak versi tentang masuknya abad ke berapa,” tambahnya.
Menurut Akhyar, penyebaran yang datang dari Jawa dibawa oleh Sunan Pengging (nama lain Sunan Prapen) sekitar abad ke-14. Pada saat itu, Sunan Prapen bersama para pengikutnya berlabuh di Labuhan Carik, dekat Bayan, Lombok Utara. “Menurut sejarah yang saya temukan, Sunan Pengging memang pertama kali menginjakkan kakinya di Bayan untuk menyebarluaskan ajaran Islam,” jelasnya.
Jejak yang seakan membenarkan mula penyebaran Islam di Lombok melalui Bayan adalah terbentuknya komunitas/masyarakat adat Islam wetu telu di sana. Ini adalah komunitas Islam tua yang sampai sekarang masih ada di Lombok dengan pusatnya di Bayan. Mereka menjalani ajaran Islam dengan tidak meninggalkan ritual adat leluhurnya.
Selain terbentuknya komunitas wetu telu, menurut Akhyar, masjid kuno yang sampai sekarang masih berdiri di Bayan adalah bukti lain mengenai penyebaran Islam oleh Sunan Prapen melalui Bayan. Setelah menemukan lokasi yang tepat, Sunan Prapen mendirikan masjid di sana sebagai pusat syiarnya dalam mengislamkan penduduk setempat sebelum menyebar ke seluruh Lombok.
Dari Bayanlah kemudian penyebaran itu menuju ke sebelah barat, tengah, serta timur. Jejaknya adalah terdapatnya komunitas wetu telu di wilayah-wilayah tersebut. Di Lombok Barat, mereka ada di Narmada dan Sekotong. Di Lombok Tengah, komunitas ini ada di Pegadang, Pujut, dan Rambitan. Sedangkan, di Lombok Timur tidak begitu banyak.
Tidak banyaknya komunitas wetu telu di Lombok Timur terjawab dengan versi penyebaran Islam melalui Sulawesi. Penyebaran ini dibawa oleh para pedagang dan nelayan Sulawesi Selatan melalui Labuhan Kayangan, Lombok Timur pada abad ke-14. Jejaknya adalah banyaknya komunitas nenek moyangnya berasal dari Makassar di sepanjang pantai di Lombok Timur. “Mereka lebih dikenal dengan sebutan Islam Suni. Ada juga yang menyebutnya wetu lima,” kata Akhyar, yang menulis buku Islam Lokal: Akulturasi Islam di Bumi Sasak pada 2008.
Diperkirakan pengaruh Sunan Prapen di Lombok Timur tidak besar karena sudah ada penyebar agama Islam dari para pedagang dan nelayan Makassar tersebut. Diduga, Sunan Pra penatau pengikutnya meninggal kan la dang dakwah yang sudah dimasuki oleh para pedagang dan nelayan itu. Dalam sejumlah catatan, Sunan Pra penmemang disebutkan tidak begitu lama menetap di Lombok, dia kemudian menyerahkan tugas penyebar an Islam di pulau ini kepada dua orang kepercayaannya, Raden Sumu liya dan Raden Salut. Setelah itu, Sunan Pra pen menuju Pulau Sum bawa dan Bima.
Namun, Akhyar punya analisis tersendiri. Ada yang bilang dia ke Sumbawa, ada juga yang bilang dia kembali ke Jawa. Setelah saya lacak yang di Pulau Sumbawa ini banyak jejak kerajaan dari Makassar. Menurut saya, Sunan Prapen langsung kembali ke Jawa, tidak berlayar ke Sumbawa, ujarnya.
Setelah lima abad, Lombok dan Sum bawa yang kemudian menjadi Nusa Tenggara Barat mayoritas pendu duk nya adalah Islam. Dari sekitar 4,4 juta jiwa penduduknya, sekarang ini 80 persen adalah pemeluk Islam. Sisanya adalah Hindu, Budha, dan Kristen. Tentu saja Sunan Prapen, para muridnya, serta para pedagang Arab dan Makassar perannya dalam penyebaran Islam di kedua pulau ini tak bisa diabaikan.
Penyebaran Melalui Dakwah
Sebelum Islam masuk ke Lombok (juga Sumbawa), masyarakatnya adalah penganut kepercayaan pada animisme, dinamisme, dan Hindu. Masuknya agama Hindu di Lombok diyakini merupakan jejak dari kehadiran imperium Majapahit di pulau ini pada pertengahan abad ke-14.
Mengenai masuknya Islam di Lombok, beberapa catatan yang mengutip Babad Lombok menyebutkan, proses penyebaran agama Islam ini adalah usaha keras dari Raden Paku atau Sunan Giri dari Gresik yang memerintahkan raja-raja di Jawa Timur untuk menyebarkan Islam ke seluruh nusantara.
Sampailah kemudian Sunan Prapen di Lombok dalam misi penyebaran agama Islam. Ia dibantu oleh Raden Sumuliya dan Raden Salut. Dengan kekuatan senjata disebutkan, Sunan Prapen mampu menaklukkan beberapa kerajaan yang merupakan warisan Majapahit, lalu mengislamkan masyarakatnya.
Namun, menurut Dr Akhyar Fadli, dosen dan peneliti sejarah Islam di Lombok dari Institut Agama Islam Qomarul Huda, Praya, Lombok Tengah, penyebaran Islam oleh Sunan Prapen melalui dakwah bukan penaklukkan dengan kekuatan senjata. gYa seperti yang dilakukan oleh Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Itu yang saya ketahui dari kajian-kajian saya selama ini, katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar