Kamis, 12 November 2015

MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI LOMBOK

Repost dari (situs9.blogspot.id)


situs9.blogspot.com

A.     Labuan Lombok Pusat Perdagangan
 
Sejak abad ke 13 Masehi Labuan Lombok banyak dikunjungi para pedagang yang berasal dari Palembang, Banten, Gresik dan Sulawesi. Dengan demikian agama Islam mulai merasuki Lombok. Mula-mula kedatangan mereka untuk berdagang, kemudian banyak diantara mereka yang bertempat tinggal menetap bahkan mendirikan perkampungan-perkampungan. Sampai sekarang pun masih dapat kita lihat bekas-bekasnya seperti perkampungan Bugis di Labuan Lombok. Para pendatang dengan suku Sasak mengadakan hubungan. Dalam hubungan itu timbul rasa saling hormat menghormati dan harga menghargai. Dengan sadar atau tidak sadar terjadilah ambil mengambil dan pengaruh mempengaruhi dalam berbagai bidang seperti budaya dan agama. Yang dianggap baik dan cocok diterima sedangkan yang tidak cocok ditinggalkan.
Labuan Lombok sebagai pelabuan dagang disinggahi para pelaut dan saudagar muslim dari Jawa dan mulailah timbul bandar-bandar tempat para pedagang sehingga semakin ramai. Selanjutnya melalui saluran perdagangan tersebut terbawa pula kitab-kitab kesusateraan yang bernafaskan agama Islam seperti Roman Yusuf, Serat menak. Selain itu juga, Al Qur’an terbawa oleh para pedagang untuk mengaji di tempatnya masing-masing.
Ketika berkembang pesatnya perdagangan rempah-rempah, di Bali dan Lombok sudah berkembang perdagangan sarung yang diangkut oleh kapal-kapal dari Gresik.. Menurut  Wisselius kemungkinan besar bahwa sejak abad  ke-14, pedagang-pedagang muslim telah melakukan pelayaran dan perdagangan di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa, Selat Madura  Pesisir Timur pulau Lombok, pulau-pulau Sunda Kecil sampai ke Maluku. Dengan demikian penyebaran agama Islam di pulau Lombok melalui perdagangan, perkawinan, dan juga melalui seni sastra, ukir, pewayangan dan lain-lain.
B.   Berkembangnya Agama Islam
 
 Agama Islam masuk di Bumi Selaparang tidak lama setelah runtuhnya kerajaan Majapahit karena pada waktu itu sudah ada pedagang-pedagang muslim yang bermukim dan berniaga di Lombok kemudian mereka menyebarkan agamanya. Bukti yang paling eksplisit menjelaskan kedatangan Islam di Lombok adalah Babat Lombok yang menjelaskan bahwa ”Sunan Ratu Giri memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke Indonesia Bagian Utara yaitu
  1. Lemboe Mangkurat dengan pasukannya dikirim ke Banjar
  2. Datu Bandan dikirim ke Makasar, Tidore, Seram, Selayar
  3. Anak Laki-Laki Raja Pangeran Perapen berlayar ke Bali, Lombok, dan Sumbawa
Menurut Faille, setelah turun dari kapal, pasukan pangeran Prapen mendarat, Raja Lombok dengan sukarela memeluk Agama Islam tetapi rakyatnya tetap menolak sehingga terjadi peperangan yang dimenangkan oleh pihak Islam. Pendapat lain menyebutkan bahwa Raja Lombok awal mulanya menolak kedatangan Islam, namun setelah Pangeran Prapen menjelaskan maksudnya yaitu untuk menyampaikan misi suci dengan cara damai maka beliaupun diterima dengan baik, tetapi karena hasutan rakyatnya kemudian Raja Lombok ingkar janji dan mempersiapkan pasukan sehingga terjadilah peperangan. Dalam peperangan itu, Raja Lombok terdesak dan melarikan diri tetapi malang bagi raja yang dikejar oleh Jayalengkara lalu beliau dibawa menghadap ke Pangeran Perapen. Beliau kemudian diampuni dan mengucapkan dua kalimah syahadat serta dikhitan. Masjidpun segera dibangun sedangkan Pura, Meru, Babi, dan Sanggah dimusnahkan. Seluruh rakyat diislamkan dan dikhitan kecuali kaum wanita penghitanannya ditunda atas permintaan Syahbandar Lombok.
Setelah berhasil mengislamkan Raja Lombok, Sunan Perapen dengan pasukannya mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak (Lombok Utara).  Hal ini memiliki bukti-bukti adanya tinggalan arkeologi seperti mesjid-mesjid tua, makam-makam kuno dan sebagainya. Dalam mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya, sebagiannya masuk Islam dengan sukarela sebagian lagi masuk Islam dengan cara kekerasan seperti di Parigi dan Sarwadadi. Setelah itu beberapa tahun kemudian seluruh Lombok memeluk agama Islam, kecuali Pajarakan dan Pengantap.
C.   Sunan Prapen Kembali ke Lombok
 
 Sesuai dengan misi yang diemban dari Ratu Sunan Giri, maka setelah mengislamkan kerajaan-kerajaan lainnya di pulau Lombok, maka Sunan Prapen melanjutkan penyebaran Islam ke Sumbawa, Dompu dan Bima. Sepeninggal Sunan Perapen, keadaan agama Islam di Lombok sangat menyedihkan karena kaum wanitanya menolak memeluk agama yang baru itu. Hal ini sangatlah beralasan karena masih kuatnya pengaruh agama sebelumnya dan juga adanya pengaruh dari Karang Asem di Bali sebagai kerajaan yang kuat dan tangguh.
Timbulnya permasalahan ini kemudian Sunan Prapen kembali lagi dan mendarat di Lombok melalui Sugian untuk menyerang penduduk yang masih kafir. Menurut Van der Kraan,  dalam penyerangan ini penduduk Lombok terpecah menjadi 3 (tiga) bagian yaitu ;
  1. Kelompok yang melarikan diri dan mengungsi ke gunung-gunung masuk hutan dikenal dengan Orang Boda,
  2. Kelompok yang takluk dan masuk Islam dikenal sebagai Waktu Lima,
  3. Kelompok yang hanya takluk di bawah kekuasaan Sunan Perapen dikenal sebagai Penganut Wetu Telu.
Rencana Sunan Perapen untuk mengislamkan Pulau Bali terpaksa ditunda karena mendapat perlawanan dari Dewa Agung Gelgel yaitu Dewa Agung Batu Renggong yang pada pertengahan abad ke-16 berusaha membendung penyebaran Agama Islam yang dilakukan oleh orang-orang Jawa dari arah barat maupun orang-orang Makasar dari arah Timur. Oleh sebab itu, pengaruh Kerajaan Gelgel di bagian barat Pulau Lombok yang besar sehingga Sunan Prapen mendarat di pantai timur (Labuan Lombok).
D.   Penyebaran Islam di Bayan
 
situs9.blogspot.com
Sekitar abad ke-16, penyebaran agama Islam juga masuk melalui pantai utara Bayan dan dari arah barat sekitar Tanjung. Pembawanya adalah seorang syekh dari Arab Saudi bernama Nurul Rasyid dengan gelar sufinya Gaoz Abdul Razak. Makamnya terletak di Kuranji di sebuah desa pantai barat daya Lombok. Gaoz Abdul Razak mendarat di Lombok bagian utara yang disebut dengan Bayan. Ia pun menetap dan berdakwah di sana mengawini Denda Bulan yang melahirkan seorang anak bernama Zulkarnaen.  Keturunan inilah  yang  menjadi  cikal  bakal raja-raja Selaparang. Kemudian Gaoz Abdul Razak mengawini lagi Denda Islamiyah yang melahirkan Denda Qomariah yang populer dengan sebutan Dewi Anjani.
Berita lain menyebutkan, Sunan pengging, pengikut Sunan Kalijaga datang ke Lombok pada tahun 1640 untuk  menyiarkanagama Islam (sufi). Ia kawin dengan putri dari kerajaan Parwa sehinggga meninmbulkan kekecewaan raja Goa. Selanjutnya, raja Goa menduduki Lombok pada tahun 1640. Sunan Pengging terkenal dengan nama Pangeran Mangkubumi lari ke Bayan. Salah satu bukti yang dapat dijadikan sebagai kajian tentang awal penyebaran agama Islam adalah Mesjid Kuno Bayan Beleq.
E.   Penyebaran Islam di Pujut
 
 Tokoh legendaris penyebar Agama Islam adalah Wali Nyatok. Dalam tradisi lisan Wali Nyatok dikenal sebagai penyebar Agama Islam di Lombok Bagian Selatan dan sekitarnya. Nama lain Wali Nyatok adalah Sayid Ali atau Sayid Abdurrahman.   Sayang   sekali  pada  batu  nisannya  tidak  ada inskripsi yang menyebut nama tokoh meskipun dari segi tipologi tergolong tua. Mesjid di Rembitan sering dikaitkan dengan tokoh Wali Nyatok. Salah satu bukti yang paling konkrit adalah Masjid kuno Rembitan. Bangunan ini merupakan prototipe mesjid-mesjid tua. Secara kronologis diperkirakan sekitar abad ke 16.
Salah satu penyebar Islam di Lombok Selatan adalah Pangeran sangupati. Pangeran Sangupati adalah putra Selaparang yang dianggap Waliyullah, ia mengarang kitab Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tasawuf dan Fiqh. Pendapat lain menyebutkan bahwa Pangeran Sangupati berasal dari Jawa yang sengaja berkelana untuk menyebarkan Agama Islam dan memiliki nama asli di Jawa yaitu Aji Datu Semu, sedangkan, di Sumbawa dikenal dengan nama Tuan Semeru.
Pendapat lain menyebutkan Pangeran Sangupati adalah tokoh agama Hindu yang menyebarkan agama Hindu di kalangan ummat Islam karena Islam yang dianut oleh para penduduk masih sangat lemah, maka beliau menyebarkan agama Islam Waktu Telu (Wetu Telu) suatu bentuk peralihan dari agama Boda tua ke agama Waktu Lima dan dia dikenal dengan nama Pedanda Wau Rauh.
Selain tokoh-tokoh tersebut ada juga yang disebut-sebut sebagai penyebar Agama Islam di Lombok.

PENYEBARAN ISLAM DI ABAD 16 DI PULAU LOMBOK 
 
sekitar abad ke-16. Inilah saat di mana Islam diyakini untuk kali pertama masuk lalu menyebar ke seluruh pulau ini hingga ke Pulau Sumbawa.

situs9

Ada beberapa versi yang menyebutkan bermulanya penyebaran Islam di Lombok, salah satunya adalah melalui Bayan, sebelah utara pulau ini. Selain di Bayan, penyebaran agama Islam juga diyakini berawal dari Pujut dan Rembitan di Lombok Tengah. Masjid kuno yang terdapat di tempat-tempat tersebut menjadi salah satu bukti tentang penyebaran Islam dari wilayah itu.

Menurut beberapa catatan, penyebaran agama Islam melalui Bayan dila kukan oleh Sunan Prapen, keturunan dari salah seorang Wali Songo— penyebar agama Islam di Ja wa—yakni Sunan Giri. Namun, tak diketahui persis mengapa Bayan menjadi tujuan pertama Sunan Prapen.

Satu yang mungkin bisa direka-reka yakni Sunan Prapen melakukan pelayaran dalam upaya penyebaran Islam ke wilayah timur nusantara dari Gresik lewat pantai utara Jawa. Dia tidak berlabuh ke Pulau Bali, tapi langsung ke Bayan. Dari letak geografisnya, Bayan berada di tepi pantai utara Lombok sehingga sangat mungkin Sunan Prapen melempar sauh di sini. Belakangan, Sunan Prapen diperkirakan barulah ke Pulau Bali (meski misinya gagal) setelah dari Sumbawa dan Bima.

“Di setiap pantai, penyebaran itu memang ada. Penyebaran dilakukan oleh pedagang-pedagang dari Arab dan Jawa. Kebanyakan datangnya dari Jawa,” kata budayawan setempat, Ahmad JD, kepada Republika, tentang asal muasal penyebaran Islam di Lombok melalui pantai utara. “Yang monumental adalah peninggalan kebudayaan tulis dari Jawa. Ini menunjukkan adanya jejak wali dari Jawa, yakni Sunan Prapen,” lanjutnya.

Anggun Zamzani (2009) dalam penelitiannya mengenai “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Lombok Abad XVI-XVIII” menemukan bahwa agama Islam masuk ke Pulau Lombok pada abad XVI melalui misi yang dipimpin oleh Sunan Prapen, putra Sunan Giri. Mengenai bukti-bukti berkembangnya Islam di Lombok dapat dilihat dari adanya peninggalan masjid kuno yang ada di Bayan, Lombok Utara, yang disebut dengan Masjid Bayan Beleq dan masjid kuno yang ada di Pujut dan Rembitan Lombok Tengah. Selain itu, juga terdapat makam raja-raja Selaparang yang ada di Lombok Timur.

Selain bukti arkeologi, Anggun juga menemukan bukti lain, yakni dalam bidang seni sastra, baik itu seni tabuh, seni suara, maupun seni tulisan. Dalam penelitian ini juga me nun jukkan bahwa agama Islam da pat ber kembang di Lombok, selain karena peranan para penyebar agama Islam seperti Sunan Prapen, juga adanya peranan dari rajaraja yang ada di Lom bok sendiri. Pada perkembang an selanjutnya, agama Islam berkembang di Lombok lebih diprakarsai oleh adanya Tuan Guru.

Dua versi
Dari literatur yang tersedia, penyebaran agama Islam di Lombok disebutkan juga datang dari Gowa (Sulawesi Selatan) dan Bima. “Memang ada dua versi mengenai masuknya penyebaran agama Islam di Pulau Lombok. Versi pertama mengatakan datang dari Jawa, sementara versi satunya lagi yakni dari Sulawesi atau Makassar,” kata Dr Akhyar Fadli, dosen dan peneliti sejarah Islam di Lombok dari Institut Agama Islam Qomarul Huda, Praya, Lombok Tengah. “Juga banyak versi tentang masuknya abad ke berapa,” tambahnya.

Menurut Akhyar, penyebaran yang datang dari Jawa dibawa oleh Sunan Pengging (nama lain Sunan Prapen) sekitar abad ke-14. Pada saat itu, Sunan Prapen bersama para pengikutnya berlabuh di Labuhan Carik, dekat Bayan, Lombok Utara. “Menurut sejarah yang saya temukan, Sunan Pengging memang pertama kali menginjakkan kakinya di Bayan untuk menyebarluaskan ajaran Islam,” jelasnya.

Jejak yang seakan membenarkan mula penyebaran Islam di Lombok melalui Bayan adalah terbentuknya komunitas/masyarakat adat Islam wetu telu di sana. Ini adalah komunitas Islam tua yang sampai sekarang masih ada di Lombok dengan pusatnya di Bayan. Mereka menjalani ajaran Islam dengan tidak meninggalkan ritual adat leluhurnya.

Selain terbentuknya komunitas wetu telu, menurut Akhyar, masjid kuno yang sampai sekarang masih berdiri di Bayan adalah bukti lain mengenai penyebaran Islam oleh Sunan Prapen melalui Bayan. Setelah menemukan lokasi yang tepat, Sunan Prapen mendirikan masjid di sana sebagai pusat syiarnya dalam mengislamkan penduduk setempat sebelum menyebar ke seluruh Lombok.

Dari Bayanlah kemudian penyebaran itu menuju ke sebelah barat, tengah, serta timur. Jejaknya adalah terdapatnya komunitas wetu telu di wilayah-wilayah tersebut. Di Lombok Barat, mereka ada di Narmada dan Sekotong. Di Lombok Tengah, komunitas ini ada di Pegadang, Pujut, dan Rambitan. Sedangkan, di Lombok Timur tidak begitu banyak.

Tidak banyaknya komunitas wetu telu di Lombok Timur terjawab dengan versi penyebaran Islam melalui Sulawesi. Penyebaran ini dibawa oleh para pedagang dan nelayan Sulawesi Selatan melalui Labuhan Kayangan, Lombok Timur pada abad ke-14. Jejaknya adalah banyaknya komunitas nenek moyangnya berasal dari Makassar di sepanjang pantai di Lombok Timur. “Mereka lebih dikenal dengan sebutan Islam Suni. Ada juga yang menyebutnya wetu lima,” kata Akhyar, yang menulis buku Islam Lokal: Akulturasi Islam di Bumi Sasak pada 2008.

Diperkirakan pengaruh Sunan Prapen di Lombok Timur tidak besar karena sudah ada penyebar agama Islam dari para pedagang dan nelayan Makassar tersebut. Diduga, Sunan Pra penatau pengikutnya meninggal kan la dang dakwah yang sudah dimasuki oleh para pedagang dan nelayan itu. Dalam sejumlah catatan, Sunan Pra penmemang disebutkan tidak begitu lama menetap di Lombok, dia kemudian menyerahkan tugas penyebar an Islam di pulau ini kepada dua orang kepercayaannya, Raden Sumu liya dan Raden Salut. Setelah itu, Sunan Pra pen menuju Pulau Sum bawa dan Bima.

Namun, Akhyar punya analisis tersendiri. Ada yang bilang dia ke Sumbawa, ada juga yang bilang dia kembali ke Jawa. Setelah saya lacak yang di Pulau Sumbawa ini banyak jejak kerajaan dari Makassar. Menurut saya, Sunan Prapen langsung kembali ke Jawa, tidak berlayar ke Sumbawa, ujarnya.

Setelah lima abad, Lombok dan Sum bawa yang kemudian menjadi Nusa Tenggara Barat mayoritas pendu duk nya adalah Islam. Dari sekitar 4,4 juta jiwa penduduknya, sekarang ini 80 persen adalah pemeluk Islam. Sisanya adalah Hindu, Budha, dan Kristen. Tentu saja Sunan Prapen, para muridnya, serta para pedagang Arab dan Makassar perannya dalam penyebaran Islam di kedua pulau ini tak bisa diabaikan.


Penyebaran Melalui Dakwah

Sebelum Islam masuk ke Lombok (juga Sumbawa), masyarakatnya adalah penganut kepercayaan pada animisme, dinamisme, dan Hindu. Masuknya agama Hindu di Lombok diyakini merupakan jejak dari kehadiran imperium Majapahit di pulau ini pada pertengahan abad ke-14.

Mengenai masuknya Islam di Lombok, beberapa catatan yang mengutip Babad Lombok menyebutkan, proses penyebaran agama Islam ini adalah usaha keras dari Raden Paku atau Sunan Giri dari Gresik yang memerintahkan raja-raja di Jawa Timur untuk menyebarkan Islam ke seluruh nusantara.

Sampailah kemudian Sunan Prapen di Lombok dalam misi penyebaran agama Islam. Ia dibantu oleh Raden Sumuliya dan Raden Salut. Dengan kekuatan senjata disebutkan, Sunan Prapen mampu menaklukkan beberapa kerajaan yang merupakan warisan Majapahit, lalu mengislamkan masyarakatnya.

Namun, menurut Dr Akhyar Fadli, dosen dan peneliti sejarah Islam di Lombok dari Institut Agama Islam Qomarul Huda, Praya, Lombok Tengah, penyebaran Islam oleh Sunan Prapen melalui dakwah bukan penaklukkan dengan kekuatan senjata. gYa seperti yang dilakukan oleh Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Itu yang saya ketahui dari kajian-kajian saya selama ini, katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar